Kamis, 05 Januari 2012

SUKU SUKU TIONGHOWA DI INDONESIA

Hakka"
Suku Hakka (Kèjiā 客家; khek) yang berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan salah satu cabang suku Han yang memiliki ciri khas dan penyebaran serta pengaruh paling luas di seluruh dunia. Di Cina sendiri, orang Hakka menyebar sampai ke provinsi-provinsi lebih jauh seperti Provinsi Sichuan, Chongqing dan Guangxi. Sedangkan diseluruh dunia, boleh dikatakan hampir dimerata tempat dapat ditemukan jejak orang Hakka.

Mulai pada masa pemerintahan Dinasti Song, penduduk di pusat Cina (utara) mulai melakukan transmigrasi secara besar-besaran ke daerah selatan. Mulai dari daerah Gàn Selatan, Mǐn Barat sampai Méizhōu, akhirnya membentuk suatu kelompok suku tersendiri, suku Kèjiā (secara harafiah berarti keluarga tamu). Kemudian orang Kèjiā (Hakka) memakai Méizhōu sebagai pusat, mulai menyebar lagi keseluruh wilayah Cina lainnya.

Daerah asal orang Hakka secara garis besar dapat dibagi menjadi empat daerah utama, yakni: Méizhōu, Gànzhōu, Tīngzhōu dan Hùizhōu. Sedangkan daerah Shíbì yang berbatasan dengan Provinsi Jiangxi, di Kabupaten Nínghuà, Provinsi Fujian merupakan daerah pusat pembentukan orang Hakka, dan mendapat julukan sebagai Tanah Leluhur Orang Hakka.

Méizhōu berada di daerah Timur Laut Provinsi Guangdong, timur berbatasan dengan Provinsi Fújiàn, selatan berbatasan dengan Cháozhōu, Jiēyáng dan Shànwěi di Provinsi Guǎngdōng. Méizhōu juga dinobatkan sebagai ibukota orang Hakka. Gànzhou biasa disebut dengan singkatan sebagai Qian. Gànzhōu berada dalam wilayah Provinsi Jiāngxī, dan merupakan pintu utama masuk ke Provinsi Jiāngxī dari tenggara. Selain itu Gànzhōu juga diapit oleh Provinsi Fújiàn, Guǎngdōng dan Hunan.

Daerah Tīngzhōu, atau lebih umum seharusnya disebut daerah Mǐnxī, merupakan daerah pemukiman orang Hakka di bagian barat dari Provinsi Fújiàn mencakup daerah seperti Tīngzhōu, Chángtīng, Liánchéng, Wǔpíng, Shàngháng, Yǒngdìng, Nínghuà, Qīngliú dan Míngxī. Selain itu, di Méizhōu yang mayoritas orang Guǎngfǔ (Konghu) juga terdapat banyak orang Hakka.

Orang Hakka menggunakan bahasa mereka sendiri yang disebut sebagai bahasa Ke atau bahasa Hakka. Bahasa Hakka merupakan salah satu dari tujuh bahasa daerah utama dalam bahasa suku Cina.


Hainan (Hanzi: 海南) adalah sebuah pulau yang juga merupakan provinsi Republik Rakyat Cina. Disingkat sebagai Qiong (Hanzi: 瓊). Beribukota di Haikou (Hanzi: 海口).

Pada tahun 2002, luasnya adalah 33.920 km². Penduduknya berjumlah 8.030.000 jiwa (kepadatan: 237/km²).


Orang Hokkian (Hanzi: 福建人, pinyin: fujian ren) adalah migran dan keturunan dari para perantau yang berasal dari provinsi Fujian di Republik Rakyat Cina. Hokkian sendiri adalah dialek Hokkian dari Fujian yang merupakan dialek utara (Mandarin).
Orang Hokkian juga dikenal dengan sebutan:

* Orang Minnan (閩南)
* Orang Hok-ló (福佬)

[sunting] Orang Hokkian di Asia Tenggara

Orang Hokkian merupakan mayoritas perantau di Indonesia. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah Batavia menetapkan kuota perantau yang diperbolehkan merantau ke Indonesia. Pemerintah Batavia juga mendata jumlah pendatang menurut daerah asal, yang pada zaman tersebut dikelompokkan menjadi empat kelompok besar; Hokkian, Tiochiu, Konghu dan Hakka.

Daerah asal pendatang dari Hokkian pada dasarnya hampir meliputi seluruh wilayah provinsi Fujian, namun mayoritas berasal dari daerah pesisir seperti Zhangzhou, Quanzhou, Fuzhou dan Amoy. Zhangzhou dan Quanzhou menjadi daerah asal utama dikarenakan kedua tempat ini telah lama menjadi pelabuhan utama yang melayani perdagangan lewat laut.
[sunting] Zhangzhou

Zhāngzhōu berada paling selatan dari pada Propinsi Fujian, dan bersebelahan langsung dengan Cháozhōu, Propinsi Guangdong. Zhāngzhōu mulai dibentuk pada tahun 686 pasa masa Dinasti Táng atas permintaan seorang pejabat tinggi pada masa itu yang bernama Chen Yuanguang. Zhāngzhōu terkenal dengan produksi buah leci (lychee) dan lengkeng (longan) serta makanan laut seperti abalon dan lobster. Perantau dari Zhangzhou terutama menyebar di daerah Sumatera Utara, Riau (Indonesia) dan Penang (Malaysia).
[sunting] Quanzhou

Quánzhōu berada di bagian tenggara dari Propinsi Fújiàn, dan berhadapan langsung dengan Taiwan. Dari dulu mendapat julukan sebagai kota jalur sutera laut. Tahun 684 mulai dibangun dengan nama kota Wuróng, kemudian pada tahun 711 baru diganti nama menjadi Quánzhōu. Pada masa Dinasti Sòng dan Dinasti Yuán merupakan pelabuhan nomor satu di Timur. Pada masa perang republik, banyak orang dari Quánzhōu melarikan diri ke Hong Kong dan Asia Tenggara. Perantau dari Quanzhou terutama terpusat di Singapura, Johor dan Sarawak (Malaysia).
[sunting] Xiamen


Bahasa Kanton atau Yuè (广东话/廣東話, secara harafiah: bahasa Guangdong; di Indonesia sering disebut bahasa Konghu) adalah salah satu dari dialek bahasa Tionghoa yang dituturkan di barat daya Cina, Hong Kong, Makau, masyarakat keturunan Tionghoa di Asia Tenggara dan juga masyarakat Tionghoa di belahan dunia lain.

Bahasa Kanton merupakan bahasa perdagangan kebanyakan orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar negeri - dituturkan oleh hampir 70 juta orang di seluruh dunia, jumlah yang hanya bisa disaingi di luar Cina oleh Bahasa Hokkien yang mempunyai sekitar 40 juta penutur.

Sejarah dialek Kanton ini dapat ditarik balik ke zaman Dinasti Tang. Menurut penelitian dari ahli bahasa Han di Tiongkok, dialek Kanton merupakan salah satu dialek bahasa Han tertua yang masih tersisa sekarang ini. Dialek Kanton digunakan secara luas pada zaman Dinasti Tang. Itu makanya anggapan bahwa melafalkan puisi Li Bai, Du Fu yang hidup pada zaman Dinasti Tang dengan dialek Kanton adalah lebih cocok daripada melafalkannya dengan bahasa Mandarin yang kita kenal sekarang ini.

Bahasa Kanton ini juga punya pembicara di kalangan Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, bahasa Kanton biasa dikenal dengan sebutan bahasa Konghu.


Dialek Tiochiu atau Tiociu atau teochew atau diojiu (Hanzi: 潮州, pinyin: Cháozhōu; Wade-Giles: Ch'ao²-chou¹; kadang juga dieja sebagai Chiu Chow di Amerika Serikat dan Hong Kong) adalah sebuah dialek bahasa yang termasuk rumpun bahasa bahasa Sino-Tibet. Dialek ini cukup mirip dengan bahasa Hokkien (Tiochiu dan Hokkien/Min-nan diklasifikasikan dalam rumpun Min) dan penutur kedua bahasa dapat cukup mengerti kedua bahasa meski tidak seluruhnya.

Bahasa Tiochiu boleh dikatakan adalah dialek Hokkian yang dipengaruhi oleh dialek Kantonis dikarenakan letak geografisnya yang berada di utara propinsi Guangdong dekat perbatasan dengan propinsi Fujian.

Orang-orang Tiochiu di Indonesia berasal dari berbagai kota di Provinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina, antara lain: Jieyang (ejaan Tiochiu: Kek-nyo), Chaozhou (ejaan Tiochiu: Tio-chiu) dan Shantou (ejaan Tiochiu: Sua-thau). Daerah asal orang Tiochiu biasa disebut sebagai Chaoshan, gabungan dari kata Chaozhou dan Shantou.

Di Indonesia, terdapat banyak penutur Tiochiu di Pontianak dan Ketapang, Kalimantan Barat; Jambi, Riau, Kepri dan Sumatera Utara serta Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar